Tapi, baru-baru ini saya menemukan satu versi lain dari kemat jaran guyang ini. Dalam versi ini, sang lelakon tidak perlu puasa hingga 40 hari 40 malam, melainkan cukup seminggu saja yang di mulai dari hari kelahirannya. Dan perbedaan yang mencolok dari versi ini adalah selain dalam mantra yang harus di baca selama lelakon ada unsur islam-nya, sang lelakon di bolehkan untuk berbuka pada sore hari, meski hanya di bolehkan untuk berbuka dengan sekepal nasi ketan yang di pepes dan segelas air putih.
Penulis sendiri nggak tahu seberapa ampuh pengasihan versi ini (karena belum mencoba). Tapi kalau sekiranya ada yang mau mencoba, di bawah ini saya cantumkan wiridan yang harus di baca berikut cara-caranya..
Ini dia…
Hadiah fateha:
Nabi Muhammad
Mbah Kuwu Sangkan
Nyi Mas Gandasari
Ibu-bapaknya
Ki Gede Jaran Guyang
bacaan yang harus di baca selama puasa (dibaca tiap sehabis sholat):
Bismilahirrahmanirrahim innahu min sulaimana wainnahu bismilahirahmanirrahim alata’lu alayya wa’ tuni muslimin. (di baca 7 kali sehari)
Embok ira embok isun, bapanira bapanisun, omong ira omong isun, kemreteg ira kemreteg isun. Ya isun sejatine cemeti lanang, tek sabetaken ning telenge ati nira. Bek mati wurung mati. Sida edan wurung edan. Sida ayan wurung ayan. Sida pangleng peteng pandelengan, ningali salira nisun. Ora nana waras yen ora nana idin isun.. La ilaha ilallah.. (di baca 61x)
semoga bermanfaat…
p.s: pengasihan ini berasal dari Cirebon, makanya tokoh-tokoh yang di sambat pun merupakan tokoh-tokoh yang pernah hidup di Cirebon.
p.s lagi: Hadiah fateha yang di maksud adalah membaca surah al-fatiha untuk arwah tersebut di atas.
sumber http://arsipbudayanusantara.blogspot.com/
0 komentar:
Post a Comment